Selamat datang di blog Dunia Farmasi Informasi Dunia kesehatan, Tips Kesehatan dan Ilmu Dunia Farmasi - Kenali Obatnya, Obati Penyakitnya
Social Media

Selasa, 13 Mei 2014

Swamedikasi Batuk

Assalamualaikum dan salam sejahtera bagi kita semua, semoga selalu diberikan kesehatan serta lindungan-Nya. Kali ini saya akan posting tentang Swamedikasi Batuk setelah sebelumnya saya sudah share tentang Swamedikasi Flu. Sempat sebelumnya saya telah memposting Swamedikasi Batuk namun ada kesalahan berhubung saya masih pemula dalam dunia blogger.
Baiklah tanpa nasi basi langsung saja ke pembahasan :)

Apa itu Batuk ??? 
Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya. 

Batuk terjadi karena rangsangan tertentu, misalnya debu di reseptor batuk (hidung, saluran pernapasan, bahkan telinga). Kemudian reseptor akan mengalirkan lewat syaraf ke pusat batuk yang berada di otak. Di sini akan memberi sinyal kepada otot-otot tubuh untuk mengeluarkan benda asing tadi, hingga terjadilah batuk.
Obat bebas yang digunakan mengandung zat berkhasiat Gliseril Guaiakolat, Bromheksin, Ammonium Klorida, Dekstrometorfan HBr, Difenhidramin, lama pengobatan sendiri tidak boleh lebih dari 3 hari.
Ada 4 fase mekanisme batuk, yaitu fase iritasi, fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspulsi/ekspirasi. Iritasi salah satu ujung saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar atau sera aferen cabang faring dari nervus glossofaringeal dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar dirangsang. Rangsang pada reseptor batuk dialirkan ke pusat batuk ke medula, dari medula dikirim jawaban ke otot-otot dinding dada dan laring sehingga timbul batuk (Aditama, 1993; Yunus 1993).

Terapi Non Farmakologi
Penderita-penderita dengan batuk tanpa gangguan yang disebabkan oleh penyakit akut dan sembuh sendiri biasanya tidak perlu obat (Yunus, 1993). Pada umumnya batuk berdahak/produktif maupun tidak berdahak/ non-produktif dapat dikurangi dengan cara sering minum air putih, untuk membantu mengencerkan dahak, mengurang iiritasi atau rasa gatal serta menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang tenggorokan dan udara malam yang dingin (BPOM RI, 2002). Menghirup uap mentol atau minyak atsiri juga dapat meringankan batuk produktif, tetapi cara pengobatan ini tidak boleh diberikan kepada anak-anak di bawah usia 2 tahun karena dapat menyebabkan kejang larynx (Tjay dan Rahardja, 2002). 

Terapi Farmakologi
a. Pengobatan spesifik 
Apabila penyebab batuk diketahui maka pengobatan harus ditujukan terhadap penyebab tersebut. Dengan evaluasi diagnostik yang terpadu, pada hampir semua penderita dapat diketahui  penyebab batuk kroniknya. Pengobatan spesifik batuk tergantung dari etiologi atau mekanismenya :  

- Asma diobati dengan bronkodilator atau dengan kortikosteroid. Postnasal drip karena sinusitis diobati dengan antibiotik, obat semprot hidung dan kombinasi antihistamin - dekongestan;
- postnasal drip karena alergi atau rinitis non-alergi ditanggulangi dengan menghindari lingkungan yang mempunyai faktor pencetus dan kombinasi antihistamin- dekongestan.  
Refluks gastroesophageal diatasi dengan meninggikan kepala, modifikasi diet, Antasid dan simetidin.
- Batuk pada bronkitis kronik diobati dengan menghentikan merokok. Antibiotik diberikan pada pneumonia, sarkoidosis diobati dengan kortikosteroid dan batuk pada gagal jantung kongestif dengan digoksin dan furosemid.
- Pengobatan spesifik juga dapat berupa tindakan bedah seperti reseksi paru pada kanker paru, polipektomi, menghilangkan rambut dari saluran telinga luar (Yunus, 1993). 

b.Pengobatan simptomatik 
Diberikan baik kepada penderita yang tidak dapat ditentukan penyebab batuknya maupun kepada penderita yang batuknya merupakan gangguan, tidak berfungsi baik dan potensial dapat menimbulkan komplikasi. 
-  Batuk produktif 
    §  Emolliensia 
Memperlunak rangsangan batuk, memperlicin tenggorokan agar tidak kering, dan melunakan selaput lendir yang teriritasi untuk tujuan ini banyak digunakan sirup, zat-zat lendir, dan gula-gula, seperti, drop, permen, pastilles isap. 
   §  Ekspektoransia 
Memperbanyak produksi dahak (yang encer) dan demikian mengurangi kekentalannya, sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk, misalnya guaiakolat, radix Ipeca, dan ammonium klorida dalam obat batuk hitam(OBH) yang terkenal
  §  Mukolitik 
Obat ini memecah rantai molekul mukoprotein sehingga menurunkan viskositas mukus. Asetilsistein, karbosistein, mesna, bromheksin, dan ambroksol.
- Batuk non produkttif 
Usaha yang terbaik adalah dengan menekan susunan saraf pusat yang menjadi pusat batuk, yaitu dengan obat penekan batuk. Obat-obat yang berdaya menekan rangsangan batuk: 
 §  zat-zat pereda: kodein, noskapin, dekstrometorfan(DMP)
 §Antihistaminikum: prometazin, difenhidramin, dan d-klorfeniramin. Obat-obat ini sering kali efektif pula berdasarkan efek sedatifnya dan terhadap perasaan menggelitik pada tenggorokan. 
 §Anestetika lokal: pentoksiverin. Obat ini menghambat penerusan rangsangan batuk ke otak (Tjay dan Rahardja, 2002). 

Sumber: Article of Health-DEPKES/ RI
http://komunitasfarmasi.blogspot.com/ 

Tidak ada komentar:

Terima Kasih telah berkunjung, Semoga selalu diberikan kesehatan oleh-Nya Aamiin
Designed By Muhammad Adnan Andriawan